A.
Pengertian Perawatan Perineum
Perawatan adalah proses pemenuhan
kebutuhan dasar manusia (biologis, psikologis, sosial dan spiritual) dalam
rentang sakit sampai dengan sehat (Aziz, 2004). Perineum adalah daerah antara
kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Danis, 2000). Perawatan
perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang
dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta
sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
Merawat luka merupakan suatu usaha untuk
mencegah trauma (injury) pada kulit, membran mukosa atau jaringan lain yang
disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat merusak
permukaan kulit (Ismail, 2012).
Robekan perineum terjadi pada hampir
semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.
Robekan ini dapat dihindari atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar
panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Robekan perineum umumnya
terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu
cepat, sudut arcus pubis lebih kecil daripada biasanya sehingga kepala janin
terpaksa lahir lebih ke belakang dan biasanya, kepala janin melewati pintu
bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkum frensia
suboksipito-bregmatika.
Robekan pada luka perineum ini
sebenarnya ada beberapa tingkatan, yakni jahitan pada robekan jahitan
jalan lahir tingkat 1, yakni jahitan yang hanya menyatukan kulit luar yang
robek, lalu yang berikut jahitan pada robekan jalan lahir tingkat II, yang
menyatukan kulit dan jaringan otot ( ini yang paling sering terjadi ),
dan terakhir adalah jahitan yang menyatukan robekan jalan lahir tingkat III
yang robek sampai dubur.
Tujuan perawatan perineum menurut
Hamilton (2002), adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan
penyembuhan jaringan, untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva,
perineum, maupun di dalam uterus, untuk penyembuhan luka perinium (jahitan
perineum), untuk kebersihan perineum dan vulva, untuk mencegah infeksi seperti
diuraikan diatas bahwa saat persalinan vulva merupakan pintu gerbang masuknya
kuman-kuman. Bila daerah vulva dan perineum tidak bersih, mudah terjadi infeksi
pada jahitan perineum saluran vagina dan uterus. Perawatan luka jalan lahir
dilakukan sesegera mungkin setelah 6 jam dari persalinan normal. Ibu akan
dilatih dan dianjurkan untuk mulai bergerak duduk dan latihan berjalan. Tentu
saja bila keadaan ibu cukup stabil dan tidak mengalami komplikasi misalnya
tekanan darah tinggi atau pendarahan.
C.
Bentuk Luka Perinium
1. Rupture
Rupture
adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara
alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan.
Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit
dilakukan penjahitan.
2. Episiotomi
Episiotomi
adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang
dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi.
3. Komplikasi
Episiotomi
Kurang
dari 1% episiotomi atau laserasi mengalami infeksi. Laserasi derajat empat
memiliki risiko infeksi serius yang paling tinggi. Tepi-tepi luka yang
berhadapan menjadi kemerahan, seperti daging dan membengkak. Benang sering
merobek jaringan edematosa sehingga tepi-tepi luka nekrotik menganga yang
menyebabkan keluarnya cairan serosa, serosanguinosa, atau jelas purulen.
Lepasnya jahitan episiotomi paling sering berkaitan dengan infeksi (Leveno,
2009).
D.
Waktu Perawatan Luka Perineum
1. Saat
Mandi
Pada
saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut. Setelah terbuka maka akan
kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada
pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut.
2. Setelah
buang air kecil
Pada
saat buang air kecil kemungkin besar terjadi kontaminasi air seni pada rektum
akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perinium untuk itu diperlukan
pembersihan perineum.
3. Setelah
buang air besar
Pada
saat buang air besar, dilakukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus,
untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum.
E.
Fakor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perawatan Luka Perineum
1. Gizi
Faktor
gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka
pada perinium karena jaringan sangat membutuhkan protein.
2. Obat-obatan
·
Steroid : Dapat menyamarkan adanya
infeksi dengan mengganggu respon inflamasi normal.
·
Antikoagulan : Dapat meyebabkan
Hemoragi.
·
Antibiotik Spektrum luas/spesifik :
Efektif bila diberikan segera sebelum pembedahan untuk patologi spesifik atau
kotaminasi bakteri. Jika diberikan setelah luka tertutup, tidak efektif karena
koagulasi intrvaskular.
F.
Teknik Melakukan Perawatan Perineum
Berikut ini merupakana cara dalam
mempersiapkan alat dan melakukan perawatan dalam perineum yaitu:
Alat yang harus disiapkan:
- Siapkan air hangat
- Sabun dan waslap
- Handuk kering dan bersih
- Pembalut ganti yang secukupnya
- Celana dalam yang bersih
Cara
melakukan perawatan:
1. Lepas
semua pembalut dan cebok dari arah depan ke belakang.
2. Basahi
waslap dan buat busa sabun lalu gosokkan perlahan waslap yang sudah ada busa
sabun tersebut ke seluruh lokasi luka jahitan. Jangan takut dengan rasa nyeri,
bila tidak dibersihkan dengan benar maka darah kotor akan menempel pada luka
jahitan dan menjadi tempat kuman berkembang biak.
3. Bilas
dengan air hangat dan ulangi sekali lagi sampai yakin bahwa luka benar–benar
bersih. Bila perlu lihat dengan cermin kecil.
4. Setelah
luka bersih boleh berendam dalam air hangat dengan menggunakan tempat rendam
khusus. Atau bila tidak bisa melakukan perendaman dengan air hangat cukup
disiram dengan air hangat.
5. Mengenakan
pembalut baru yang bersih dan nyaman dan celana dalam yang bersih dari bahan
katun. Jangan mengenakan celana dalam yang bisa menimbulkan reaksi alergi.
6. Segera
mengganti pembalut jika terasa darah penuh, semakin bersih luka jahitan maka
akan semakin cepat sembuh dan kering. Lakukan perawatan yang benar setiap kali
ibu buang air kecil atau saat mandi dan bila mengganti pembalut.
7. Konsumsi
makanan bergizi dan berprotein tinggi agar luka jahitan cepat sembuh. Makanan
berprotein ini bisa diperoleh dari telur, ikan, ayam dan daging, tahu, tempe.
Jangan pantang makanan, ibu boleh makan semua makanan kecuali bila ada
riwayat alergi.
8. Luka
tidak perlu dikompres obat antiseptik cair tanpa seijin dokter atau bidan.
DAFTAR
PUSTAKA
Leveno,
Kenneth J. 2009. Obstetri Williams: Panduan Ringkas, Edisi 21. Jakarta: EGC.
Wiknjosastro,
Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2010/06/25/perawatan-luka-jahitan-setelah-melahirkan-177220.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27290/5/Chapter%20I.pdf
http://riskanurfajriahsetiawan.wordpress.com/18-2/
0 komentar:
Posting Komentar