PEMBAHASAN HOMEOSTASIS SEL DALAM BIOKIMIA
A.
Homeostasis sel
1. Pengertian
Hemostasis
atau haemostasis berasal dari bahasa Yunani:
aimóstasis (αιμόστασις),
yang terdiri dari dua kata yaitu aíma (αίμα)
yang berarti “darah" dan stásis (στάσις)
yang berarti "stagnasi".Homeostasis merupakan konsep terpenting dalam sejarah
perkembangan biologi. Hal itu memberikan kerangka konseptual guna menginterpretasikan
berbagai data fisiologis dalam tubuh hewan. Evolusi homeostasis dan sistem
fisiologis yang memelihara homeostasis tersebut merupakan faktor penting agar
hewan dapat hidup baik dalam lingkungan yang sesuai guna mendukung proses
fisiologis, maupun dalam lingkungan yang kurang sesuai bagi proses
kehidupan.Fenomena pemeliharaan lingkungan internal tubuh hewan yang disebut
homeostasis ini dilakukan oleh semua spesies hewan, secara terus
menerus.Homeostasis adalah keseimbangan antara beberapa kekuatan yang bertujuan
menjaga kestabilan kondisi tertentu yang disebut sehat. Hampir setiap fungsi
tubuh makhluk hidup mempertahankan dirinya melalui sistem homeostasis.
Dalam proses
hemosatasis terjadi 3 reaksi yaitu reaksi vascular berupa vasokontriksi
pembuluh darah, reaksi selular yaitu pembentukan sumbat trombosit, dan reaksi
biokimiawi yaitu pembentukan fibrin. Faktor-faktor yang memegang peranan dalam
proses hemostasis adalah pembuluh darah, trombosit, dan faktor pembekuan darah.
Selain itu faktor lain yang juga mempengaruhi hemostasis adalah faktor
ekstravascular, yaitu jaringan ikat disekitar pembuluh darah dan keadaan
otot.Pedarahan mungkin diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, trombosit,
ataupun sistem pembekuan darah. Bila gejala perdarahan merupakan kalainan
bawaan, hampir selalu penyebabnya adalah salah satu dari ketiga faktor tersebut
diatas kecuali penyakit Von Willebrand. Sedangkan pada kelainan perdarahan yang
didapat, penyebabnya mungkin bersifat multipel. Oleh karena itu pemeriksaan
penyaring hemostasis harus meliputi pemeriksaan vasculer, treombosit, dan
koagulasi.Biasanya pemeriksaan hemostasis dilakukan sebelum operasi. Beberapa
klinisi membutuhkan pemerikasaan hemostasis untuk semua penderita pra operasi,
tetapi ada juga membatasi hanya pada penderita dengan gangguan hemostasis. Yang
paling penting adalah anamnesis riwayat perdarahan. Walaupun hasil pemeriksaan
penyaring normal, pemeriksaan hemostasis yang lengkap perlu dikerjakan jika ada
riwayat perdarahan.
2. Proses homeostatis
Proses hemostasis terjadi
melalui tiga proses yaitu :
a)
Fase vascular
Karena akibat dari adanya trauma pada
pembuluh darah maka respon yang pertama kali adalah respon dari
vaskuler/kapiler yaitu terjadinya kontraksi dari kapiler disertai dengan
extra-vasasi dari pembuluh darah, akibat dari extra vasasi ini akan memberikan
tekanan pada kapiler tersebut (adanya timbunan darah disekitar kapiler).
b)
Fase Platelet/trombosit
Pada saat terjadinya pengecilan
lumen kapiler (vasokontriksi) dan extra vasasi ada darah yang melalui permukaan
asar (jaringan kolagen) dengan akibatnya trombosit. Akibat dari bertemunya
trombosit dengan permukaan kasar maka trombosit tersebut akan mengalami adhesi
serta agregasi.Setelah terjadinya adhesi maka dengan pengaruh ATP akan
terjadilah agregasi yaitu saling melekat dan desintegrasi sehingga terbentuklah
suatu massa yang melekat.Peristiwa trombosit yang mulai pecah/lepas- lepas
hingga menjadi suatu massa yang melekat disebut Viscous metamorphosis. Akibat
dari terjadinya semua proses ini maka terjadilah gumpalan plug (sumbatan) baru
kemudian terjadi fase yang ketiga.
c)
Fase koagulasi
Fase ini terdiri dari tiga tahapan yaitu :
·
Pembentukan
prothrombinase/prothrombin activator
·
Perubahan
prothrombine menjadi trombone
·
Perubahan
fibrinogen menjadi fibrin
Ada kontak
dan adanya cairan jaringan yang masuk, cairan jaringan ini mengandung
thromboplastin proses pembekuan darah terjadi karena adanya factor intrinsic
dan factor ekstrinsik. Factor intrinsic baru terjadi bila ada kontak aktivasi.
Apabila kontak aktivasi tidak ada, kebanyakan factor intrinsic berada dalam
keadaan tidak aktiv (cascade theory dari clotting factor.waktu pembuluh darah
terputus.
3. Factor-faktor
·
Faktor I =
fibrinogen
·
Faktor II =
Prhotrombine
·
Faktor III =
Fakotr jaringan
·
Faktor IV =
Ion kalsium
·
Faktor V =
Proaccelerine
·
Faktor VI =
Accelerine
·
Faktor VIII
= A.H.G (Anti Haemphilly Globulin)
·
Faktor IX =
Christmas factor
·
Faktor X =
Stuart factor
·
Faktor XI =
Plasma thromboplastin antecedent
·
Faktor XII =
Hagemen factor
·
Faktor XIII
= Fibrine stabilizing factor (fibrinase)
4. Mekanisme homeostatis
a) Primer
Mekanisme vasokonstriksi pembuluh darah pada luka yang
kecil.
Mekanisme yang melibatkan faktor-faktor koagulasi dalam plasma dan
trombosit dengan tujuan akhir pembentukan jala-jala fibrin, terjadi pada luka
yang besar.
c)
Tersier
Mekanisme
kontrol yang menjaga agar hemostasis tidak berlebihan melaku sistem
fibrinolitik.
B. Tumbuh kembang sel
Siklus sel
1.
Siklus sel adalah proses duplikasi secara akurat untuk menghasilkan
jumlah DNA kromosom yang cukup banyak dan mendukung segregasi untuk
menghasilkan dua sel anakan yang identik secara genetik.
2.
Proses ini berlangsung terus-menerus dan berulang (siklik).
3.
Pertumbuhan dan perkembangan sel tidak lepas dari siklus kehidupan
yang dialami sel untuk tetap bertahan hidup.
4.
Siklus ini mengatur pertumbuhan sel dengan meregulasi waktu
pembelahan dan mengatur perkembangan sel dengan mengatur jumlah ekspresi atau
translasi gen pada masing-masing sel yang menentukan diferensiasinya.
Fase pada siklus sel
1.
Fase S (sintesis): Tahap terjadinya replikasi DNA
2.
Fase M (mitosis): Tahap terjadinya pembelahan sel (baik
pembelahan biner atau pembentukan tunas)
3.
Fase G (gap): Tahap pertumbuhan bagi sel.
·
Fase G (0), sel yang baru saja mengalami pembelahan berada
dalam keadaan diam atau sel tidak melakukan pertumbuhan maupun perkembangan.
Kondisi ini sangat bergantung pada sinyal atau rangsangan baik dari luar atau
dalam sel. Umum terjadi dan beberapa tidak melanjutkan pertumbuhan (dorman) dan
mati
·
Fase G1, sel eukariot mendapatkan sinyal untuk tumbuh,
antara sitokinesis dan sintesis.
·
Fase G2, pertumbuhan sel eukariot antara sintesis dan
mitosis
·
Fase tersebut berlangsung dengan urutan S > G2 > M
> G0 > G1 > kembali ke S. Dalam konteks Mitosis, fase G dan S disebut
sebagai Interfase.
C. Fisiologi
tumbuh kembang sel normal
Sel adalah unit kehidupan struktural dan fungsional terkecil
dari tubuh yang dapat mengatur kehidupanya sendiri
Jumlah sel manusia: triyulnan, contoh sel eritrosit 25
trilyun
Fungsi sel:
·
Mempertahankan barier yang selektif (membran plasma)
·
Berisi materi hereditas (gen)
·
Aktifitas metabolik (anabolik, katabolic)
Contoh
fungsi sel
Bervariasi tergantung tujuan
sasaranya:
·
Metabolisme zat kimia (obat, makanan)
·
Kontraksi otot untuk gerak
·
Sintesa protein, enzim, hormone
·
Pertahanan tubuh termasuk sistem imun
·
Hereditas/reproduksi contohnya spermatogenesis
Beberapa ciri pertumbuhan
sel yang normal :
1.
Adanya keseimbangan antara pembentukan sel sel baru
( sel muda ) yang bertumbuh menjadi sel tua dengan matinya sel tua yang
digantikan dengan sel baru.
2.
Pertumbuhan sel baru mempunyai ciri ciri yang mutlak
sama dengan sel induknya ( sel tua yang akan digantikannya )
biasa disebut Fenotype dan Genotype.
3.
Adanya percepatan dan kecepatan tubuh tiap-tiap sel
yang sama pada setiap sel sel yang membentuk suatu organ.
4.
Bila pertumbuhan sel berada diluar ciri ciri dari
semua ciri ciri di atas, maka dapat kita kategorikan pertumbuhan sel yang abnormal
/ tidak normal dan kita mulai menduga adanya pertumbuhan ke arah tidak
normal yang bisa disebut tumor.
D. Mekanisme pertumbuhan sel abnormal
Perkembangan abnormal pada sel-sel normal sehingga
membuat sel kanker tumbuh berlebih dan menyebar ke lokasi lain.Perkembangan
tidak normal ini dapat disebabkan oleh mutasi yang dipicu oleh berbagai faktor
seperti bahan kimia, radiasi, sinar ultraviolet, dan kesalahan replikasi
kromosom.Mutasi memicu perubahan DNA dengan mengubah basa nukleotida dan bahkan
mengubah bentuk DNA.DNA yang berubah akan menghasilkan kesalahan dalam
replikasi DNA serta kesalahan dalam sintesis protein. Perubahan ini
mempengaruhi pertumbuhan sel, pembelahan sel, dan penuaan sel.Virus juga
memiliki kemampuan menyebabkan kanker dengan mengubah gen sel. Virus kanker
mengubah sel dengan mengintegrasikan materi genetik mereka ke DNA sel inang.Sel
yang terinfeksi lantas diatur oleh gen virus sehingga mengalami pertumbuhan
abnormal.Beberapa virus telah dikaitkan dengan beberapa jenis kanker pada
manusia.
E. Macam-macam penyakit pada darah
1. Thalasemia
a) Pengertian
Thalasemia berasal dari kata Yunani, yaitu talassa yang berarti laut.
Yang dimaksud dengan laut tersebut ialah Laut Tengah, oleh karena penyakit ini
pertama kali dikenal di daerah sekitar Laut Tengah. Penyakit ini pertama sekali
ditemukan oleh seorang dokter di Detroit USA yang bernama Thomas B. Cooley pada
tahun 1925.Thalasemia adalah
sekelompok penyakit keturunan yang merupakan akibat dari ketidakseimbangan
pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin (komponen
darah).
Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel
darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120
hari).Akibatnya penderita
thalasemia akan mengalami gejala anemia diantaranya pusing, muka pucat,
badan sering lemas, sukar tidur, nafsu makan hilang, dan infeksi
berulang.Thalasemia, menurut pakar hematologi dari Rumah Sakit Leukas Stauros,
Yunani, dr Vasili Berdoukas, merupakan penyakit yang diakibatkan oleh kerusakan
DNA dan penyakit turunan. Penyakit ini muncul karena darah kekurangan salah
satu zat pembentuk hemoglobin sehingga tubuh tidak mampu memproduksi sel darah
merah secara normal.
b) Mekanisme
terjadinya thalasemia
Hemoglobin
yang terdapat dalam sel darah merah, mengandung zat besi (Fe). Kerusakan sel
darah merah pada penderita thalasemia mengakibatkan zat besi akan tertinggal di
dalam tubuh. Pada manusia normal, zat besi yang tertinggal dalam tubuh
digunakan untuk membentuk sel darah merah baru.
Pada penderita thalasemia, zat besi yang ditinggalkan sel
darah merah yang rusak itu menumpuk dalam organ tubuh seperti jantung dan hati
(lever). Jumlah zat besi yang menumpuk dalam tubuh atau iron overload ini akan
mengganggu fungsi organ tubuh.Penumpukan zat besi terjadi karena penderita thalasemia
memperoleh suplai darah merah dari transfusi darah. Penumpukan zat besi ini,
bila tidak dikeluarkan, akan sangat membahayakan karena dapat merusak jantung,
hati, dan organ tubuh lainnya, yang pada akhirnya bisa berujung pada kematian.
2. Hemophilia
a) Pengertian
Hemofilia merupakan gangguan koagulasi herediter atau
didapat yang paling sering dijumpai, bermanifestasi sebagai episode perdarahan
intermiten. Hemofilia disebabkan oleh mutasi gen faktor VIII (FVIII) atau
faktor IX (FIX), dikelompokkan sebagai hemofolia A dan hemofiliaB. Kedua
gen tersebut terletak pada kromosom X, sehingga termasuk penyakit resesif
terkait-X (Ginsberg,2008). Oleh karena itu, semua anak perempuan dari laki-laki
yang menderita hemofilia adalah karier penyakit, dan anak laki-laki tidak
terkena.Anak laki-laki dari perempuan yang karier memiliki kemungkinan 50%
untuk menderita penyakit hemofilia.
Dapat terjadi wanita homozigot dengan hemofilia (ayah
hemofilia, ibu karier), tetapi keadaan ini sangat jarang terjadi.Kira-kira 33%
pasien tidak memiliki riwayat keluarga dan mungkin akibat mutasi spontan
(Hoffbrand, Pettit, 1993).
b) Mekanisme terjadinya
Hemophilia disebabkan oleh factor gen atau keturunan.
hemofilia A dan B,kedua gen tersebut terletak pada kromosom X,sehingga termasuk
penyakit resesif terkait –X.oleh karna itu semua anak perempuan dari laki-laki
yang menderita hemophilia adalah karier penyakit , dan anak laki-laki
tidak terkena.anak laki-laki dari perempuan yang kerier memiliki kemungkinan
50% untuk menderita penyakit hemophilia .dapat terjadi pada wanita homozigot
dengan hemophilia( ayah hemophilia,ibu karier) tetapi keadaan ini sangat jarang
terjadi .kira-kira 33% pasien tidak memiliki riwayat keluarga dan mungkin
akibat mutasi spontan ( hoffbrand,pettit,1993)
3. Leukemia
a) Pengertian
Leukemia; dalam bahasa Yunani leukos λευκός, "putih"; aima αίμα, "darah"), atau lebih dikenal sebagai kanker
darah merupakan penyakit dalam klasifikasi kanker (istilah medis: neoplasma) pada darah atau sumsum tulang yang ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau
transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan
limfoid, umumnya
terjadi pada leukosit (sel darah putih). Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak
normal atau abnormal.
Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di
dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia memengaruhi hematopoiesis
atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita.Leukimia
adalah suatu penyakit yang dikenal dengan adanya proliferasi neoplasitik dari
sel-sel organ hemopoietik, yang terjadi sebagai akibat mutasi somatik sel bakal (stem cell) yang akan
membentuk suatu klon sel leukimia.
b) Mekanismenya
Leukemia Limfositik Kronik (LLK) ditandai dengan adanya
sejumlah besar limfosit (salah satu jenis sel darah putih) matang yang bersifat
ganas dan pembesaran kelenjar getah bening. Lebih dari 3/4 penderita berumur
lebih dari 60 tahun, dan 2-3 kali lebih sering menyerang pria. Pada awalnya
penambahan jumlah limfosit matang yang ganas terjadi di kelenjar getah bening.
Kemudian menyebar ke hati dan limpa, dan kedua nya mulai membesar. Masuknya
limfosit ini ke dalam sumsum tulang akan menggeser sel-sel yang normal,
sehingga terjadi anemia dan penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit di
dalam darah. Kadar dan aktivitas antibodi (protein untuk melawan infeksi) juga
berkurang. Sistem kekebalan yang biasanya melindungi tubuh terhadap serangan
dari luar, seringkali menjadi salah arah dan menghancurkan jaringan tubuh yang
normal.
4. Anemia
a) Pengertian
Anemia
adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah
dari normal. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah Hb dalam
1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red
cells volume) dalam 100 ml darah. (Ngastiyah.1997).
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut
oksigen darah (Doenges,1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,
kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml
darah (Price, 2006 : 256).
b) Mekanismenya
Timbulnya amnemia mencerminkan adanya keggagalan sumsum atau kehilangan
sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misal.berkuranganya
eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pejanantoksik, invasi
tumor, atau kebnyakan penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapa
thilang melalui peradarahan atau hemolisis( destruksi). Pada kasusu yang
disebut terakhir, masalahnya dapat akibat defek sel darah merah yang tifdak
sesuai dengan ketahahan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar
sel dara merah yang menyebabkan destruksi sel darh merah.Lisis sel darah merah
(disolusi) terjadi terutama dalm sel fagositik atau dalam sistem
retikuloendotelia, terutama dalam hati dan limpa.
Sebagai hasil saqmping proses ini bilirubinyang taerbentuk dalm fagosit,
akan memasuki aliran dara. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma ( konsentrasi normalanya 1
mg/ dl atau kurang ; kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada
sklera)Apabila sel daarh mrah mengalami pengancuran dalam sirkulasi, seperti
yan terajadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka akan muncul dalam plasma(
hemoglobinemia).
Apabila konsentrasi plasma melebihi kapasitas haptoglobin
plasma(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (mis.
Apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dl ) hemoglobin kan terdifusi
dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Jika ada atau tidak
adanya hemoglobinemia atau hemoglobinuria dapat memberikan informaswi mengenai
lokasi penghancuran sel darah mrah abnormal pada psien dengan hemolisi dan
dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik taersebut.
(Suddart and Brunner, 2001)
0 komentar:
Posting Komentar