SPACE FOR RENT

Filled Under:

Diagnosa Keperawatan Transkultural



Diagnosa Keperawatan Transkultural
Dosen Pembimbing: Nova Maulana, S.Kep


Disusun Oleh :
Dinnie Widi Tri Wulandari (04.13.3549)
Nur Chamim (04.13.3615)
Siti Markisah (04.13.3670)


Intensive Care Unit
Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global
Yogyakarta
 2013


Kata Pengantar

Puji dan syukur tidak henti-hentinya kami haturkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan ridha-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Diagnosa Keperrawatan Transkultural. Makalah ini hadir untuk membantu teman- teman dalam kegiatan pembelajaran khususnya dalam pengetahuan mengenai transkultural nursing.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapat banyak tantangan dan hambatan, akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak akhirnya dapat teratasi, oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang mendalam  kepada semua pihak yang turut mendoakan dalam menyelesaikan makalah ini, serta sahabat-sahabat kami yang membantu dalam memperoleh informasi seputar diagnosa keperawatan transkultural. Semoga bantuan yang telah diberikan kepada kami, mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa, amin.
 Kami menyadari banyak sekali kekurangan dari bentuk penyusunan serta materinya. Kritik serta saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menunjang pengetahuan pembaca. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.


Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................... 1
Daftar Isi............................................................................................................... 2
BAB I : PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang.......................................................................................................... 3
1.2  Rumusan masalah..................................................................................................... 4
1.3  Tujuan penulisan....................................................................................................... 4
1.4   Manfaat.................................................................................................................... 4
BAB II : PEMBAHASAN
2.1     Definisi diagnosa keperawatan transkultural........................................................... 5
2.2     Komponen Diagnosa Keperawatan Transkultural................................................... 8
2.3     Gambaran Masyarakat Terhadap Kasus yang Berkaitan dengan Transkultural Nursing 10

BAB III: PENUTUP
3.1  Kesimpulan.............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA
4.1 Referensi.................................................................................................................. 15


BAB I
PENDAHULUAN
1.1             Latar Belakang
Keperawatan transkultural merupakan suatu arah utama dalam keperawatan yang berfokus pada study komparatif dan analisis tentang budaya dan sub budaya yang berbeda di dunia yang menghargai perilaku caring, layanan keperawatan, niai-nilai, keyakinan tentang sehat sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body of knowladge yang ilmiah dan humanistik guna memberi tempat praktik keperawatan pada budaya tertentu dan budaya universal (Marriner-Tomey, 1994). Teori keperawatan transkultural ini menekankan pentingnya peran keperawatan dalam memahami budaya klien
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture shock maupun culture imposition.Cultural shock terjadi saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya tertentu (klien) sedangkan culture imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara diam-diam mauoun terang-terangan memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan/perilaku yang dimilikinya pda individu, keluarga, atau kelompok dari budaya lain karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi dari pada budaya kelompok lain.
Teori keperawatan transkultural matahari terbit, sehinnga di sebut juga sebagai sunrise modelmatahari terbit (sunrise model ) ini melambangkan esensi keperawatan dalam transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu harus mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (worldview) tentang dimensi dan budaya serta struktur sosial yang, bersyarat dalam lingkungan yang sempit.
Peran perawatan pada transcultural nursing teori ini adalah menjebatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan prosfesional melalui asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh leininger. Oleh karena itu, perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika di sesuaikan dengan proses keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan tindakan keperawatan.
1.2             Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian diagnosa keperawatan transkultural?
2.      Apa saja komponen diagnosa keperawatan transkultural?
3.      Bagaimana gambaran masyarakat terhadap kasus yang berkaitan dengan transkultural nursing?
1.3             Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi seputar  Diagnosa Keperawatan Transkultural.

1.4             Manfaat
Makalah ini diharapkan berguna bagi:
1.4.1        Penulis
makalah ini disamping sebagai salah satu tugas, tetapi juga dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang diagnosa keperawatan transkultural.
1.4.2    Pembaca
Makalah ini dapat menjadi wacana dan informasi mengenai diagnosa keperawatan transkultural.






BAB II
Definisi diagnosa keperawatan transkultural
2.1      Definisi diagnosa keperawatan transkultural

2.1.1        Keperawatan Transkultural
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional dan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat, bentuk pelayanan bio-psiko-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat (Lokakarya Nasional,1983).
Keperawatan didefinisikan sebagai diagnosis dan tidakan terhadap respons manusia pada masalah kesehatan aktual atau professional dan situasi kehidupan (Nusing: A Social Policy Statement, 1985;NANDA,1990).
Calilista Roy (1976) mendefinisikan keperawatan merupakan definisi ilmiah yang berorientasi pada praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan pengetahuan yang memiliki sekumpulan pengetahuan untuk memberikan pelayanan kepada klien.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keperawatan adalah upaya pemberian pelayanan atau asuhan keperawatan yang bersifat humanistic dan professional, holistic berdasarkan ilmu dan kiat, standar pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat professional secara mandiri atau melalui upaya kolaborasi.
Peran perawat adalah melaksanakan pelayanan keperawatan dalam suatu sistem pelayanan kesehatan sesuai dengan kebijakan umum pemerintah yang berlandaskan pancasila, khususnya pelayanan atau asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan komunitas berdasarkan kaidah-kaidah, yaitu:
1.      Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggungjawab dalam mengelola asuhan keperawatan.
2.      Berperan aktif dalam kegiatan penelitian di bidang keperawatan dan menggunakan hasil dari teknologi untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan atau asuhan keperawatan.
3.      Berperan aktif dalam mendidik dan melatih pasien dalam kemandirian untuk hidup sehat.
4.      Mengembangkan diri terus menerus untuk meningkatkan kemampuan professional.
5.      Memelihara dan mengembangkan kepribadian serta sikap yang sesuai dengan etika keperawatan dalam melaksanakan profesinya. Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang berperan aktif, reproduktif, terbuka untuk menerima perubahan serta berorientasi kemasa depan, sesuai dengan perannya.
Dibawah ini peran perawat secara umum, yaitu:
1.      Meyakinkan bahwa perusahaan memenuhi peraturan perundang-undangan.
2.      Mengembangkan program surveillance kesehatan.
3.      Melakukan konseling.
4.      Melakukan koordinasi untuk kegiatan promosi kesehatan dan fitness.
5.      Melakukan penilaian bahaya potensial kesehatan dan keselamatan di tempat kerja.
6.      Mengelola piñatalaksanaan akibat kerja dan pertolongan pertama pada kecelakaan serta masalah primer di perusahaan
7.      Melaksanakan evaluasi kesehatan dan kecelakaan kerja.
8.      Konsultasi dengan pihak manajemen dan pihak lain yang diperlukan.
9.      Mengelola pelayanan kesehatan, termasuk merencanakan, mengembangkan dan menganalisa program, pembiayaan, staffing serta administrasi umum.
Selain itu, peran perawat menurut konsirsium ilmu kesehatan tahun 1989, terdiri dari:
a.       Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
b.      Peran perawat sebagai advokat klien
c.       Peran perawat sebagai edukator
d.      Peran perawat sebagai koordinator
e.       Peran perawat sebagai kolaborator
f.       Peran perawat sebagai konsultan
g.      Peran perawat sebagai pembaruan

2.1.2        Transkultur
Transkultural terdiri atas dua kata dasar yaitu “trans” yang berarti “berpindah” atau “suatu perpindahan” dan satu kata lagi yaitu “kultur” yang berarti “kebudayaaan”.
Kultur atau keudayaan adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya juga merupakan suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia (Wikipedia bahasa Indonesia).
Secara singkat keperawatan transkultural atau transkultural nursing dapat diartikan sebagai keperawatan lintas budaya.

2.1.3        Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. Labil diagnose keperawatan memberi format untuk mengekspresikan bagian identifikasi masalah dari proses keperawatan.
Diagnosa keperawatan juga dapat diartikan sebagai penilaian klinis tentang respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan potensial aktual. Diagnosis keperawatan member dasar untuk pemulihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang perawat bertanggung gugat (NANDA,1990).

2.1.4        Diagnosa Keperawatan Transkultural
Dari beberapa pengertian dari setiap komponen dalam definisi keperawatan transkultural di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, diagnosa keperawatan transkultural merupakan pengkajian dan penilaian tentang respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995).
Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu :
1.      Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur;
2.      Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural;
3.      Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
Peran perawatan dalam hal ini adalah melakukan pengkajian terhadap respon klien berdasarkan aspek latar belakang budaya mereka kemudian menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan prosfesional melalui asuhan keperawatan berdasarkan ilmu pengetahuan dan dasar teori yang jelas dan telah terbukti.
Skema diatas adalah penjelasan dari alur utama fungsi dan proses pada diagnose keperawatan transkultural.

2.2        Komponen Diagnosa Keperawatan Transkultural

Komponen diagnosa dan Pengkajian dalam keperawtan transkultural dirancang berdasarkan 7  komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu:
a. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
b. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
c. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
d. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
e. Faktor ekonomi (economical factors)
f. Faktor pendidikan (educational factors)
g. Faktor tekhnologi
Model matahari terbit (sunrise model) ini melambangkan esensi keperawatan dalam transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu harus mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (worldview) tentang dimensi dan budaya serta struktur sosial yang berkembang di berbagai belahan dunia (secara global) maupun masyarakat dalam lingkup yang sempit.
Dimensi budaya dan strukur sosial tersebut menurut Leinenger dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan, nilai budaya dan gaya hidup, politik dan hukum, ekonomi, dan pendidikan.
Setiap faktor tersebut berbeda pada setiap negara atau area, sesuai dengan kondisi masing-masing daerah, dan akan memengaruhi pola/cara dan praktik keperawatan. semua langkah perawatan tersebut ditujukan untuk pemeliharaan kesehatan holistik, penyembuhan penyakit, dan persiapan menghadapi kematian. Oleh karena itu, ketujuh faktor tersebut harus dikaji oleh perawat sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien sebab masing-masing faktor memberi pengaruh terhadap ekspresi, pola, dan praktik keperawatan (care expression, pattern, and practices).
Dengan demikian, ketujuh faktor tersebut besar kontribusinya terhadap pencapaian kesehatan secara holistik atau kesejahteraan manusia, baik pada level individu, keluarga, kelompok, komunitas, maupun institusi di berbagai sistem kesehatan. Jika disesuaikan dengan proses keperawatan, ketujuh faktor tersebut masuk ke dalam level pertama yaitu tahap pengkajian.
Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu :
a.       Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
b.       Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
c.       Ketidak patuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
Peran perawat pada transcultural nursing theory ini adalah menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awan dengan sistem perawatan profesional melalui asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh Leinenger  dengan gambar seperti di bawah ini. Oleh karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika disesuaikan dengan proses keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan, tindakan keperawatan.
Hasil akhir yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transkultural pada asuhan keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing care health and well being, yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan budaya dan pengetahuan kesehatan yang sensitif, kreatif, serta cara-cara yang bermakna guna mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat.

2.3        Gambaran Masyarakat Terhadap Kasus yang Berkaitan dengan Transkultural Nursing
Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan keperawatan.
Tindakan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip asuhan keperawatan yaitu:
1.    Culture care preservation / maintenance
Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi/memerhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan guna hidup yang diinginkan
2.    Culture care accommodation / negotiation
Yaitu prinsip membantu, memerhatikan fenomena buadaya yang ada, yang merefleksiakan cara untuk beradaptasi, bernegosiasi / mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup klien
3.    Culture care repatterning / restructuring
Yaitu prinsip merekonstruksi / mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien ke arah yang lebih baik.
            Dalam praktik proses diagnosa transkultural nursing, ditemukan fakta bahwa persepsi masyarakat tentang terjinya penyakit antara daerah yang satu dengan daerah yang lain terdapat perbedaan, hal tersebut bergantung pada kebudayaan yang ada dan berkembang di dalam mansyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih ada di masyarakat, hal tersebut telah menjadi hal yang turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.
Berikut ini adalah contoh persepsi atau gambaran masyarakat tentang salah satu penyakit. Sebagai contoh adalah persepsi masyarakat di beberapa pedesaan daerah Papua mengenai penyakit malaria.
Makanan pokok penduduk di daerah tersebut adalah sagu yang tumbuh di daerah rawa-rawa. Tidak jauh dari wilayah pemukiman mereka adalah daerah hutan dengan pepohonan yang lebat. Penduduk desa tersebut branggapan bahwa hutan itu memiliki penguasa gaib yang dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya.
Pelangaran yang dilakukan dapat berupa menebang pohon, membabat hutan untuk area pertanian, dan sebagainya. Siapa yang melanggar ketentuan dari penguasa gaib tersebut akan diganjar dengan penyakit berupa demam tinggi, menggigil, dan muntah. Penyakit tersbut dapat sembuh dengan cara memohon ampun kepada penguasa hutan, kemudian memetik daun dari pohon tertentu yang kemuadian dibuat menjadi ramuan untuk diminum dan dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam beberapa hari kemuadian penderita akan sembuh.
Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan di tentukan dari penuturan sederhana dan mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit akibat kutukan makhluk gaib, roh-roh jahat, dan sebagainya.
Kepercayaan-kepercayaan berdasarkan cerita auatu penuturan secara turun-temurun tersebut adalah faktor utama yang mempengaruhi persepsi masyarakat di suatu daerah mengenai timbulnya gejala suatu penyakit.
Kemudian salah satu contoh lagi seperti yang terjadi pada sebagian penduduk di Pulau Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi diobati dengan cara menyiram air di malam hari. Air yangtelah diberi ramuan dan jampi-jampi oleh dukun atau pemuka masyarakat yang disegani digunakan sebagai obet malaria.
Pengobatan dengan cara-cara tersebut tentu tidak memiliki dasar teori dan bukti klinis yang jelas. Pengobatan dengan ramuan dari dedaunan memang masuk dalam kategori pengobatan alami dengan ramuan herbal. Namun permasalahan utama dalam pengobatan ini adalah kandungan dari setiap daun yang dipakai begitu juga dengan komposisi yang di perlukan untuk dapat di pakai sebagai obat herbal agar dapat menyembuhkan suatu penyakit yang mereka derita. Belum lagi dengan pengobatan dengan metode mantra atau jampi-jampi yang di berikan oleh pemuka adat atau dukun. Hal tersebut tentu tidak sesuai dengan metode pengobatan yang baik dan benar sesuai dengan standar pengobatan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan.
 Itulah contoh persepsi masyarakat mengenai kasus transkultural nursing. Sebagaimana yang telah dibahas di awal bahwa keperawatan transkultural merupakan kajian mengenai studi tentang budaya dan kepercayaan masyarakat mengenai persepsi meraka tentang penyebab timbulnya fenomena suatu penyakit di lingkungan yang tempat mereka tinggal.
Dalam hal semacam ini Peran perawat transkultural sangatlah diperlukan untuk melakukan pengkajian terhadap respon masyarakat seperti pada contoh di atas mengenai penyebab fenomena timbulnya suatu penyakit dan cara mereka dalam melakukan penyembuhan berdasarkan aspek latar belakang budaya yang mereka miliki. Kemudian peran perawat transkultural selanjutnya adalah menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan prosfesional melalui asuhan keperawatan berdasarkan ilmu pengetahuan dan dasar teori yang jelas dan telah terbukti. Sehingga diharapkan masyarakat tersebut dapat beralih dari kebiasaan lama mereka dan merubah cara pandang dan pola piker terhadap kesehatan menjadi lebih baik. Sesuai dengan standar ilmu pengetahuan dan teklogi di dibidang kesehatan yang telah maju.
Selain hal tersebut di atas, diharapkan juga dengan adanya pemahaman yang disampaikan tersebut masyarakat tidak lagi menggunakan cara-cara tradisional seperti menggunakan dedaunan dengan komposisi kandungan yang belum jelas dalam pengobatan. Terlebih lagi adalah paradigm pengobatan berdasarkan praktik-praktik perdukunan dengan metode pemberian mantra atau jampi-jampi oleh pemuka adat atau pun dukun.

Bab III
                                                     Penutup         

3.1   Kesimpulan
Keperawatan transkultural merupakan suatu arah utama dalam keperawatan yang berfokus pada study komparatif dan analisis tentang budaya dan sub budaya yang berbeda dalam suatu masyarakat.
Diagnose keperawatan transkultural merupakan pengkajian dan penilaian tentang respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan.
Peran perawat transkultural adalah melakukan pengkajian terhadap respon klien berdasarkan aspek latar belakang budaya mereka kemuadian menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam menuju sistem perawatan masyarakat modern yang lebih prosfesional melalui asuhan keperawatan berdasarkan ilmu pengetahuan serta dasar teori yang jelas dan telah terbukti secara .
Komponen diagnosa dan Pengkajian dalam keperawtan transkultural dirancang berdasarkan 7  komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu:
a. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
b. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
c. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
d. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
e. Faktor ekonomi (economical factors)
f. Faktor pendidikan (educational factors)
g. Faktor tekhnologi
gambaran masyarakat terhadap kasus yang berkaitan dengan keperawatan transkultural sangat di pengaruhi oleh persepsi yang berdasarkan nilai-niai budaya dan kepercayaan yang dituturkan secara mudah dan diwariskan turun-temurun oleh generasi yang lebih tua. Masyarakat lebih menghendaki pengobatan tradisional dan penggunaan metode-metode pengobatan yang belum didasari oleh ilmu pengetahuan dan toeri yang jelas, sebagai contohnya adalah menggunakan dedaunan untuk membuat ramuan obat, dan pengobatan ke dukun.
Bab IV
Daftar Pustaka
4.1 Referensi
1.      Marriner-Tomey (ed.), Nursing Theorist and Their Work, 3edn, C.V. Mosby, St Louis
2.      Nursing: A Social Policy Statement, 1985;NANDA,1990
3.      Marimbi Hanum, Sosiologi dan Antropologi Kesehatan, Yogyakarta, Nuha Medika, 2009
4.      Ode, Sharif La, Konsep Dasar Keperawatan, Yogyakarta, Nuha Medika, 2012
5.      Giger & R. E. Davidhizar (Eds.), Transcultural Nursing: Assesment and Intervention (2nd ed.), St. Louis, MO: C.V. Mosby, 1995
6.      Moyet, Linda Juall Carpenito, Buku Saku Keperawatan, Jakarta, ECG 2007


CH GRAPHIC

Send us an order, and see the result, all is easy!

Jasa Desain grafis rekomendasi untuk anda, jangan ragu untuk menghubungi kami

whatsapp : +6281254170746

0 komentar:

Posting Komentar

 

We are featured contributor on entrepreneurship for many trusted business sites:

  • Copyright © CH GRAPHIC™ is a registered trademark.
    Blogger Templates Designed by Templateism. Hosted on Blogger Platform.